Menembus Cakrawala Eropa
Gedung Parlemen Budapest,Hongaria-Eropa |
Selalu dan sangat terinspirasi, termotivasi oleh kata - kata bijak bapak presiden pertama Indonesia.
"Gantungkan cita - cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang - bintang"
- Seokarno-
Kata demi kata yang menjadi sebuah kalimat yang indah dari presiden pertama Indonesia ini. Maknanya sangat mendalam dan menginspirasi setiap insan yang membacanya, apa lagi orangnya kayak saya yang tidak bisa duduk diam dan tenang di rumah, suka gerak sana, gerak sini, sibuk sana, sibuk sini, kadang ada teman yang datang di rumah, saya nya tidak ada entah dimana, di telpon jarang di angkat, sms pun sering lama balasnya, ampun deh.... kadang sibuk sendiri tidak jelas apa intinya. Hehehe... Dan, ternyata dari semua hal yang telah disebutkan intinya yaitu membuat diri ini bermanfaat dan berguna bagi orang sekitar. Waduhhhhh berat sekali ya dengarnya.....ambisi orang penting saja, pada hal orangnya tidak penting sekali dan hanya membuat diri sendiri penting yang terkenal hanya tingkat desa atau kelurahan saja. Hehehe...
Baiklah, jadi saya orangnya suka menyibukan diri dengan hal - hal yang membuat saya bahagia dan berguna, semisal gabung organisasi baik kepemudaan, gereja, mahasiswa, perkumpulan para alumni A,alumni B dan lainnya. Suka ikut kegiatan yang ada aura - aura pendidikan karena saya alumni dari Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di salah satu Universitas negeri di kota Ternate,Maluku Utara. Oh iya, itu satu - satunya universitas negeri yang ada di provinsi tercinta saya (Ciiee so sweet...), dan meskipun, ada beberapa universitas atau perguruan tinggi lainnya.
Selain itu, saya juga tertarik dengan kegiatan sosial karena saya berasal dari keluarga kalangan bawah jadi rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama agak menjulang(tahu persis hidup susah itu bagimana dan seperti apa, lho jadi baper ini waduhhhh...) . Ahh lanjut deh. Dan sampai pernah suatu hari salah satu teman kantor, tempat saya berkerja dulu pernah berkata"Vidson.dirimu itu tidak cocok kerja di kantor ini, kami yang lihat dirimu jadi kasian banget, karena kalo di lihat dengan kesibukan mu setelah selesai jam kantor itu lebih banyak ke kepentingan banyak orang dan dampaknya baik untuk orang - orang sekitar yang membutuhkannya dan di sisi lain kami juga turut prihatin karena dirimu juga harus kerja seharian dari pagi sampe sore yang sangat menyita waktumu dan membuat sayap mu akan tidak bebas berkepak - kepak jika selamanya dirimu disini. Lanjut studi aja deh dirimu ke luar negeri.Kembali dan buatlah kami bangga".. Demikian katanya, teman saya yang satu ini, kami sangat dekat waktu kerja, sampai sudah kayak saudara dan sebut saja namanya A. Kata - katanya itu betul menusuk jantung saya bahkan sampai ke sumsung tulang belakang. Sampe tidur malam pun, kalimatnya yang di lontarkan si teman kerja yang sangat baik ini masih mondar-mandir di otak kiri dan kanan saya. Dan saya pun tidak tinggal diam, saya kejar kata - kata yang masih menghampiri saya sepanjang malam. Di situlah, saya mulai tekadkan lagi niat yang dulu ingin melihat dunia lain dengan cara saya sendiri yaitu melalui lanjut studi master mulai membara kembali, yang dulu hampir padam, di tambah lagi ada beberapa komunitas atau organisasi yang saya turut tergabung dan aktif di dalamnya berisikan orang - orang hebat yang pernah keluar negeri dengan Program Pertukaran Antar Negara (PPAN) ke berbagai negara di antaranya; Kanada,Australia,ASEAN-Jepang,Tiongkok-Cina,India dan Malaysia. Saya juga salah satu alumninya. Bahkan sebagian dari mereka adalah Awardee atau penerima beasiswa studi master ke luar negeri baik yang di biayai oleh pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara yang di tujuh. Maka semangat melanjutkan studi pun makin meningkat menjadi 360 derajat (Waduhhh tinggi banget semangatnya)......
Dan sejak saat itu, saya sudah mulai merencanakan lanjut studi ke luar negeri, dan membuat Plan A, Plan B, Plan C dan seterunya dan pastinya diskusi juga sama keluarga yang merupakan supporting system utama saya, teman - teman serta orang - orang terdekat yang selalu medukung dan menegur saya jika sudah keluar dari arah kompas. Akhirnya di tahun 2017 sekitar bulan Mei atau Juni, saya melayangkan surat Surat Cinta (Pengunduran diri Kerja) di kantor yang telah saya habiskan waktu kurang lebih empat tahun. Eitss Surat Cinta yang saya layangkan itu sontak membuat Pimpinan yang biasa kami panggil bapak bos ini terkejut sambil memukul dahinya yang jika bisa di gambarkan dalam hati dan pikirannya kayak Tv yang channel nya lagi lacak - lacak gitu. sambil berkata " Kenapa dan mengapa mengundurkan diri?" untungnya karena saya sudah siap jawabannya dari awal dengan baik yang penjelasannya seperti presentasi sebuah paper lumayan panjang dan lebar kayak lapangan sepak bola... dan akhirnya semua alasan itu di terima dengan baik oleh bapak bos kami dengan kalimat penutupnya"Memang kamu layak, lanjutkan perjalananmu dan suskes selalu" . Puji Tuhan. Langkah awal yang baik di doakan dan di respon oleh seorang pimpinan kami yang baik pula. Namun, belum sampai di situ. ternyata Surat Cinta yang saya layangkan ke bapak bos kami, dan di teruskan ke kantor pusat di tolak mentah - mentah. (Waduudhhh berasa kayak adegan di tolak cinta ya di sinteron FTV).......
Jadi, surat cinta alias surat pengunduran diri saya yang di terima baik oleh bapak bos, di tolak oleh kantor pusat. Dengan alasan, kata mereka "Vidson itu satu potensi yang ada kantor cabang, dan sayang sekali jika dia harus mengakahiri kerjanya di sini". kantor di mana saya berkerja. Waduhhhh, ini makin berat lagi. saya jadi dilema memutuskannya, tapi hati besar dan kecil tetap berkata maju terus demi memperjuangkan surat cinta nya. Akhirnya saya tetap maju dengan surat cinta itu dengan sejuta alasan yang kuat dan berat seperti batu, dan akhirnya di terima oleh kantor pusat. Puji Tuhan .......
Ehh, adegannya belum sampai di situ,masih bersambung. Kantor pusat bisa menerima surat cinta saya itu dengan catatan harus ada pengganti saya dulu. OK, sekejab saya mengatakan demikian. Jadi sekitar bulan Mei atau Juni saya melayangkan surat cinta itu dan di bulan Agustus karena sudah ada pengganti saya, maka disitulah sah terkahir berkerja di kantor yang telah mengajarkan saya banyak hal, kerja yang profesional, kerja tim, percaya diri dan tentunya menambah relasi dari berbagai kalangan di provinsi ini. Agustus 2017, selamat tinggal kantor dan se - isinya tempat saya berkerja,terima kasih untuk semuanya.
Selesai dengan urusan surat cinta yang ajaib dan lain - lain. Kini, saya melanjutkan langkah untuk menggapai mimpi hidup yang belum sempat di genggam yaitu lanjut studi ke luar negeri. Tuhan itu sangat baik dan amat baik, dari sekian banyak proses yang saya lalui, gunung yang di daki, lautan berombak yang di seberangi, jalan berlekuk - lekuk di jadikan lurus, siang di jadikan malam dan malam di jadikan siang, hujan deras sekali pun di anggap gerimis yang akan berhenti di akhiri dengan munculnya aneka warnanya pelangi yang membuat hidup saya jadi berwarna dan berarti. Saya mendapatkan beasiswa studi master ke benua Eropa, di negara Hongaria. Puji Tuhan, anak kampung yang dulu suka ingusan, main kotor jika hujan, main - main di selokan yang warna airnya seperti susu coklat pun pernah. Bukan anak pejabat eselon 1,2 maupun 3 di pemerintahan atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun tidak sama sekali. Ini hanya anak petani yang mama nya sekolah tertinggi Sekolah Dasar (SD) tidak menyelesaikannya malahan dan Papa nya hanya sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan tak menyelesaikannya juga. Dan jika di ingat kembali cerita mama dan papa pada masa perjuangan sekolah mereka, saya jadi kesal, sedih dan diam - diam berjanji dalam hati bahkan berniat untuk melanjutkan perjalanan mama dan papa yang terhenti itu. Dan kini anak bungsu mereka, anak dari tiga bersaudara ini, yang katanya paling kecil, paling manja, anak rumahan dan anak yang lainnya julukan untuk setiap anak bungsu. Tetapi tidak untuk saya, semua julukan itu saya patahkan, saya ingin buktikan kalo anak bungsu pun bisa menjadi tulang punggung keluarga,yang punya ambisi dan semangat yang tinggi sekolahnya sampai ke benua Eropa dan membawah nama baik mereka bersama doa - doa yang tulus dan mulia yang menemani saya untuk menembus Cakrawala Eropa.
Gedung Parlamen Budapest, tampak dari depan |
Maka tibalah saya menembus Cakrawala Eropa, tepat pada hari Minggu, 9 September 2018. Akhirnya anak kampung pun juga bisa melihat sisi dunia lain. perjalanan baru pun di mulai. Kehidupan sebagai mahasiswa internasional pun merubah cara berpikir saya, yang tadinya biasa - biasanya saja, pelan - pelan menjadi sedikit di atas biasa dan muda - mudahan yang biasa - biasa ini bisa menghasilkan hal yang luar biasa kemudian hari, yang berguna bagi orang sekitar dan keluarga pastinya sesuai kehendak Tuhan yang saya imani. Bahagia rasanya bisa lihat langsung gedung Parlemen yang merupakan salah satu ikon nya Hongaria yang terletak di ibu kota negara yaitu Budapest. Sedangkan kampus saya namanya University of Pannonia (Pannon Egyetem) dengan jurusan Apllied Linguistics atau Linguistik Terapan yang terletak di kota Veszprem. Jika kesana bisa dengan bis atau kereta yang memakan waktu kurang lebih satu jam lebih atau 2 jam.
Petofi Bridge atau Jembatan Petofi |
Budapest adalah kota indah yang terpisahkan oleh danau yang namanya danuba dan di hubungkan oleh beberapa jembatan (bridge) di antaranya; Jembatan Rantai(Szechenyi Lanchid), Liberty Bridge(Szabadsag hid),Margaret Bridge (Jembatan Margaret),Elisabeth Bridge (Jembatan Elisabeth) dan Petofi Bridge (Jembatan Petofi) yang tepat di belakang saya (red.foto). Ke lima jembatan ini yang menghubungkan antara dua sisi kota ini, sisi satunya Buda dan sisi lainnya Pest maka disebutkan Budapest. Kota tempat suntingnya film layar lebar "Surga yang tak di Rindukan" ini memang sangat menarik sejuta mata termasuk saya. Hehehehe....
Hongaria,Eropa..... terima kaih yang tak terhingga untuk kesempatan berharga ini. Untuk siapa pun di luar sana, yang mungkin sempat membaca tulisan ini, jangan pernah berhenti berlari sampai satu titik yang namanya garis finish.
Karena kata bapak presiden Indonesia pertama;
"Apa bila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun".
- Seokarno-
Budapest, Hongaria,Eropa.
Köszönöm
Thank you
Terima Kasih.
Location : Budapest,Hongaria
Written by: Vidson Toory
Facebook : Vais Dhon Toory
Instagram : @vaisdhon